Jumat, 29 Juni 2018

PENGARUH GAYA INTERNAL DALAM PENAMPILAN ALAT PENANGKAPAN IKAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki perairan yang sangat luas dan mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang bermacam-macam seperti perikanan. Keanekaragaman hayati terhadap sumberdaya perikanan haruslah dimanfaatkan secara optimal dan  lestari.
Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama dilakukan oleh manusia. Menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu manusia Neanderthal (neanderthal man) telah melakukan kegiatan penangkapan (sahrhange andlundbeck 1991), dengan menggunakan tangan kemudian profesi ini berkembang secara perlahan dengan menggunakan alat yang sederhana dan mulai membuat perahu yang sederhana. Dalam pemahaman mengenai cara penangkapan ikan maka dibutuhkan ilmu yang dapat menyokong pengetahuan teknik penggunaan alat tangkap dan cara pengoperasiannya serta kapal yang dapat menunjang keberlansungan penangkapan, yang disebut dengan Manajemen Operasi Penangkapan Ikan.
Alat penangkap ikan merupakan salah satu sarana yang digunakan nelayan dalam operasi penangkapan. Penggunaan alat tangkap sangat memperhatikan kesesuaian dari bentuk alat tangkap, jenis bahan, cara pengoperasian untuk memperoleh ikan sesuai target. Pembuatan alat tangkap perlu memperhatikan keadaan dan segala kemungkinan yang terjadi baik dari jaring maupun lingkungan.

1.2    Tujuan
            Menjelaskan gaya-gaya yang mempengaruhi dalam pengoperasian alat tangkap.

1.3    Manfaat
            Memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang gaya-gaya yang mempengaruhi dalam pengoperasian alat tangkap gill net.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengaruh Gaya Internal dalam Penampilan Alat Penangkapan Ikan (Gillnet)
Operasional gillnet dilakukan dengan cara dipasang di perairan, sejajar atau menghadang arus untuk menghadang ruaya ikan. Saat dioperasikan bentuknya dapat berubah-ubah karena tahanan hidrodinamika yang ditimbulkan oleh arus yang melewati gillnet tersebut. Tampilan gillnet akan membentang empat persegi tegak secara sempurna pada kondisi tanpa arus, seperti terlihat pada saat dibentangkan di darat.

Pada saat dioperasikan di dalam perairan yang berarus, maka gillnet akan mengalami perubahan bentuk, yaitu menjadi miring atau bahkan rebah dengan bentuk tampilan yang tidak teratur. Hal ini disebabkan oleh gaya hidrodinamika yang bekerja pada seluruh perlengkapan gillnet. Fridman (1988) menjelaskan bahwa gaya hidrodinamika timbul akibat tekanan air yang bergerak menerobos atau gerakan alat tangkap menyaring kolom air, reaksi dengan dasar perairan, gaya yang diakibatkan ikan dan beban akibat penggantungan alat (gambar 1).
Gambar 1. Alat tangkap jaring insang (gillnet).

Gaya-gaya yang mempengaruhi Alat Penangkapan Ikan dibedakan berdasarkan gaya yang mempengaruhinya. Berdasarkan sumbernya, gaya yang mempengaruhi alat tangkap terbagi menjadi 2 kelompok yaitu, gaya eksternal dan gaya internal. Gaya eksternal adalah gaya yang berasal dari luar alat tangkap atau lingkungan. Sedangkan gaya internal adalah gaya yang berasal dari alat tangkap itu sendiri.

2.1  Gaya Internal
Gaya internal adalah gaya yang berasal dari alat tangkap itu sendiri, diantaranya:

2.1.1   Penggantungan / Hanging ratio (H)

Hangging ratio merupakan perbandingan antara panjang jaring terangkai/terpasang dengan panjang jaring saat terentang sempurna (strecth), bentuk jaring dan bukaan mata jaring sangat ditentukan oleh nilai hanging ratio atau rasio penggantungan dalam rangka jaring (rope frame). Hanging  ratio dibagi menjadi 2 yaitu:  E1 (primary hanging  ratio menunjukkan ratio panjang jaring terpasang dengan panjang jaring sempurna atau mendatar)  dan E2 (secondary hanging ratio menunjukan ratio tinggi jaring terpasang dengan tinggi jaring sempurna atau vertical) (Fridman, 1986).
E1= L/L0
E2= H/H0
L =  panjang jaring utama (main rope)
L0= panjang jaring saat direntangkan penuh
H =  tinggi atau kedalaman jaring
H0= tinggi atau kedalam dari jaring yang direntangkan secara penuh

Contoh beberapa bentuk jaring yang dibuat dengan beberapa rasio penggantungan (gambar 2)
Gambar 2. Bentuk jaring yang didapatkan dari rasio penggantungan primer E1(Sumber : Puspito, 2009).

Penentuan rasio penggantungan dilakukan pada satu mata jaring saja. Dengan nilai yang harus diketahui berupa ukuran mata jaring, lebar bukaan mata, dan tinggi bukaan mata. Sehingga dapat ditentukan :
Gambar 3. Hubungan antar rasio penggantungan

Hubungan antar rasio penggantungan:
E1= L/L0= sina=Am0/AmBm=Mw/Mi
E2=H/H0=cosa=Bm0/BmAm=Mh/Mi   
sehingga:

E1+E2 = 1

2.1.1   Pengerutan / Hortening (S)

Merupakan nilai besar kecilnya pengerutan suatu alat tangkap, presentase bahan dari alat tangkap yang di rentangkan sempurna dikurangi dengan panjang jaring yang dipasang pada tali ris dibagi dengan panjang jaring yang direntangkan sempurna. Menurut Martasuganda (2005), nilai pengerutan pada tali ris atas sebaiknya nilainya sedikit lebih besar dari pada nilai pengerutan pada tali ris bawah, dengan tujuan agar posisi jaring sewaktu di operasikan dapat terentang dengan baik di dalam perairan. Selanjutnya pernyataan Najamuddin (2009) yang menegaskan ada dua akibat yang ditimbulkan oleh adanya shortening yaitu panjang jaring akan semakin memendek dan kedalaman jaring akan semakin bertambah serta menentukan proses tertangkapnya ikan pada jaring. Perhitungan nilai shortening pada tali pelampung dan pemberat dapat dilihat melalui persamaan:
S (%) = (L-La)/ L
S(%) = (L-Lb)/L
L = Panjang sempurna  Jaring horizontal (ris atas atau tali pelampung).
La = Panjang Jaring pada tali ris atau tali pelampung.
L =  panjang sempurna jaring ke arah horizontal (ris bawah atau pemberat).
Lb = Panjang tali pemberat atau ris.

2.1.1   Gaya Tenggelam (S)/ Singking Force

Pemberat digunakan untuk menenggelamkan alat tangkap yang dioperasikan di dasar perairan atau untuk mempertahakan kedudukan alat tangkap agar tidak berubah bentuk. Gaya tenggelam adalah gaya yang ditimbulkan dari benda baik jaring atau pemberat dalam alat tangkap.
            S          = gaya tenggelam (kgf)
            Ga       = berat benda di udara (kgf)
            C         = berat jenis pemberat (C>1)
   1       = berat jenis air dalam 1000kgf/m3

2.1.1   Gaya Tegangan
Tegangan jaring akan dipengaruhi pada saat pemasangan jaring, apabila terjadi peregangan pada bagian alat tangkap contohnya gillnet akan berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Apabila terlalu tegang maka ikan akan kesulitan terjerat dan apabila terlalu regang maka ikan akan dengan mudah meloloskan diri. Tegangan jaring akan ditentukan oleh gaya apung (buoyancy) dari pelampung, berat tubuh jaring akan di tentukan oleh gaya tenggelam (singking force) dari pemberat dan shortening.
Dengan perkataan lain, jika jaring di rentang terlalu tegang maka ikan akan sukar terjerat, dan ikan yang telah terjeratpun akan mudah lepas. Ketegangan rentangan tubuh jaring akan ditentukan terutama oleh bouyancy dari float, berat tubuh jaring, tali temali, sinking force dari sinker dan juga shortening yang digunakan (Klust,Gerhard 1987).

2.1.1   Gaya Apung (F) / Bouyancy

Gaya apung adalah kemampuan benda mengapung dalam zat cair. Gaya apung pelampung ditentukan dengan perhitungan ukuran berat benda dan berat jenis  benda. Perhitungan gaya apung dapat dilakukan dengan persamaan berikut:

Ga  = berat benda di udara (kgf)
Gw = berat benda di dalam zat cair: dimana = Ga(1-1/C)
C    = berat jenis benda (kgf/m3)
1     = berat jenis air dalam 1000kgf/m3


BAB III
KESIMPULAN


Gaya internal berasal dari alat tangkap itu sendiri. Gaya internal yang dapat mempengaruhi penampilan alat penangkapan ikan saat dioperasikan diantaranya:
1.   Rasio penggantungan (Hanging ratio)
2.   Pengerutan (Shortening)
3.   Gaya tenggelam (Singking force)
4.   Gaya tegangan
5.   Gaya apung (Bouyancy)

Pengaruh gaya-gaya tersebut dapat mengakibatkan alat tangkap mengalami perubahan bentuk, yaitu menjadi miring atau bahkan rebah dengan bentuk tampilan yang tidak teratur.



DAFTAR PUSTAKA


Fridman AL. 1988. Terjemahan Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkapan Ikan. Bagian Proyek Penangkapan Teknik Penangkapan Ikan Semarang. Balai Pengembangan Ikan. Semarang.
Klust, Gerhard. Bahan Jaring Untuk Alat Penangkap Ikan. Team Penerjemah BPPI Semarang. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang. 1987.
Martasuganda S. 2005. Serial Alat Tangkap Gillnet, Setnet dan Trap. Jilid I Bogor.
Najamuddin. 2009. Modul of Fishing Gear Design. Faculty of Marine Science and Fishiries, Hasanuddin University, Makassar. Unpublished.
Najamuddin M. Palo dan Affandy A. 2011 Rancang Bangun Jaring Insang Ikan. Kabupaten Takalar. Sulawesi Selatan. Di presentasikan pada seminar nasional perikanan dan kelautan “Bringing the Better Science for the Better Fisheries and the Better Future”. 26-27 Oktober 2011.
Rifki M. 2008. Pengaruh Kecepatan Arus Dan Mesh Size Terhadap Drag Force Dan Tinggi Jaring Goyang Pada Percobaan Di Flume Tank [Skripsi]. Bogor (ID) : IPB.
Sahrhange D and Lundbeck J. 1991. A History Of Fishing. Springger - verlag Berlin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERAN DISTRIK NAVIGASI DALAM KESELAMATAN PELAYARAN

A.   PENDAHULUAN Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia, yang memiliki 17.504 pulau yang membentang dari Sabang sampai Meraoke...