BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia merupakan salah satu
Negara yang memiliki perairan yang sangat luas dan mempunyai keanekaragaman
sumberdaya hayati yang bermacam-macam seperti perikanan. Keanekaragaman hayati
terhadap sumberdaya perikanan haruslah dimanfaatkan secara optimal dan lestari.
Penangkapan ikan merupakan
salah satu profesi yang telah lama dilakukan oleh manusia. Menurut sejarah
sekitar 100.000 tahun yang lalu manusia Neanderthal (neanderthal man) telah melakukan kegiatan penangkapan (sahrhange
andlundbeck 1991), dengan menggunakan tangan kemudian profesi ini berkembang
secara perlahan dengan menggunakan alat yang sederhana dan mulai membuat perahu
yang sederhana. Dalam pemahaman mengenai cara penangkapan ikan maka dibutuhkan
ilmu yang dapat menyokong pengetahuan teknik penggunaan alat tangkap dan cara
pengoperasiannya serta kapal yang dapat menunjang keberlansungan penangkapan,
yang disebut dengan Manajemen Operasi Penangkapan Ikan.
Alat penangkap ikan merupakan
salah satu sarana yang digunakan nelayan dalam operasi penangkapan. Penggunaan
alat tangkap sangat memperhatikan kesesuaian dari bentuk alat tangkap, jenis
bahan, cara pengoperasian untuk memperoleh ikan sesuai target. Pembuatan alat
tangkap perlu memperhatikan keadaan dan segala kemungkinan yang terjadi baik
dari jaring maupun lingkungan.
1.2
Tujuan
Menjelaskan gaya-gaya yang
mempengaruhi dalam pengoperasian alat tangkap.
1.3
Manfaat
Memberikan pemahaman terhadap mahasiswa
tentang gaya-gaya yang mempengaruhi dalam pengoperasian alat tangkap gill net.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Gaya Internal dalam
Penampilan Alat Penangkapan Ikan (Gillnet)
Operasional gillnet
dilakukan dengan cara dipasang di perairan, sejajar atau menghadang arus untuk
menghadang ruaya ikan. Saat dioperasikan bentuknya dapat berubah-ubah karena
tahanan hidrodinamika yang ditimbulkan oleh arus yang melewati gillnet tersebut. Tampilan gillnet akan membentang empat persegi
tegak secara sempurna pada kondisi tanpa arus, seperti terlihat pada saat
dibentangkan di darat.
Pada saat
dioperasikan di dalam perairan yang berarus, maka gillnet akan mengalami perubahan bentuk, yaitu menjadi miring atau
bahkan rebah dengan bentuk tampilan yang tidak teratur. Hal ini disebabkan oleh
gaya hidrodinamika yang bekerja pada seluruh perlengkapan gillnet. Fridman (1988) menjelaskan bahwa gaya hidrodinamika timbul
akibat tekanan air yang bergerak menerobos atau gerakan alat tangkap menyaring
kolom air, reaksi dengan dasar perairan, gaya yang diakibatkan ikan dan beban
akibat penggantungan alat (gambar 1).
Gambar 1. Alat tangkap jaring insang (gillnet).
Gaya-gaya yang mempengaruhi Alat Penangkapan Ikan dibedakan
berdasarkan gaya yang mempengaruhinya.
Berdasarkan sumbernya, gaya yang mempengaruhi alat tangkap terbagi menjadi 2
kelompok yaitu, gaya eksternal dan gaya internal. Gaya eksternal adalah gaya
yang berasal dari luar alat tangkap atau lingkungan. Sedangkan gaya internal
adalah gaya yang berasal dari alat tangkap itu sendiri.
2.1 Gaya Internal
Gaya internal adalah gaya yang berasal dari alat tangkap itu
sendiri, diantaranya:
2.1.1
Penggantungan
/ Hanging ratio (H)
Hangging
ratio merupakan perbandingan antara panjang jaring
terangkai/terpasang dengan panjang jaring saat terentang sempurna (strecth), bentuk jaring dan bukaan mata
jaring sangat ditentukan oleh nilai hanging
ratio atau rasio penggantungan dalam rangka jaring (rope frame). Hanging ratio dibagi menjadi 2 yaitu: E1 (primary hanging ratio menunjukkan
ratio panjang jaring terpasang dengan panjang jaring sempurna atau mendatar) dan E2 (secondary hanging ratio menunjukan ratio tinggi jaring terpasang
dengan tinggi jaring sempurna atau vertical) (Fridman, 1986).
E1=
L/L0
|
E2=
H/H0
|
L
= panjang jaring utama (main rope)
L0= panjang jaring saat
direntangkan penuh
|
H = tinggi atau kedalaman jaring
H0= tinggi atau kedalam
dari jaring yang direntangkan secara penuh
|
Contoh beberapa bentuk jaring yang dibuat dengan beberapa
rasio penggantungan (gambar 2)
Gambar
2. Bentuk jaring yang didapatkan dari rasio penggantungan primer E1(Sumber
: Puspito, 2009).
Penentuan rasio penggantungan dilakukan pada satu mata
jaring saja. Dengan nilai yang harus diketahui berupa ukuran mata jaring, lebar
bukaan mata, dan tinggi bukaan mata. Sehingga dapat ditentukan :
Gambar
3. Hubungan antar rasio penggantungan
Hubungan
antar rasio penggantungan:
E1=
L/L0= sina=Am0/AmBm=Mw/Mi
E2=H/H0=cosa=Bm0/BmAm=Mh/Mi
sehingga:
E1+E2
= 1
2.1.1
Pengerutan
/ Hortening (S)
Merupakan nilai besar kecilnya pengerutan suatu alat
tangkap, presentase bahan dari alat tangkap yang di rentangkan sempurna
dikurangi dengan panjang jaring yang dipasang pada tali ris dibagi dengan
panjang jaring yang direntangkan sempurna. Menurut
Martasuganda (2005), nilai pengerutan pada tali ris atas sebaiknya nilainya
sedikit lebih besar dari pada nilai pengerutan pada tali ris bawah, dengan
tujuan agar posisi jaring sewaktu di operasikan dapat terentang dengan baik di
dalam perairan. Selanjutnya pernyataan Najamuddin (2009) yang menegaskan ada
dua akibat yang ditimbulkan oleh adanya shortening
yaitu panjang jaring akan semakin memendek dan kedalaman jaring akan semakin
bertambah serta menentukan proses tertangkapnya ikan pada jaring. Perhitungan
nilai shortening pada tali pelampung
dan pemberat dapat dilihat melalui persamaan:
S
(%) = (L-La)/ L
|
S(%)
= (L-Lb)/L
|
L = Panjang sempurna
Jaring horizontal (ris atas atau tali pelampung).
La = Panjang Jaring pada tali ris
atau tali pelampung.
|
L = panjang
sempurna jaring ke arah horizontal (ris bawah atau pemberat).
Lb
= Panjang tali pemberat atau ris.
|
2.1.1
Gaya
Tenggelam (S)/ Singking Force
Pemberat digunakan untuk menenggelamkan alat tangkap yang
dioperasikan di dasar perairan atau untuk mempertahakan kedudukan alat tangkap
agar tidak berubah bentuk. Gaya tenggelam adalah gaya yang ditimbulkan dari
benda baik jaring atau pemberat dalam alat tangkap.
S =
gaya tenggelam (kgf)
Ga =
berat benda di udara (kgf)
C =
berat jenis pemberat (C>1)
1 =
berat jenis air dalam 1000kgf/m3
2.1.1
Gaya
Tegangan
Tegangan jaring akan dipengaruhi pada saat pemasangan
jaring, apabila terjadi peregangan pada bagian alat tangkap contohnya gillnet akan berpengaruh terhadap hasil
tangkapan. Apabila terlalu tegang maka ikan akan kesulitan terjerat dan apabila
terlalu regang maka ikan akan dengan mudah meloloskan diri. Tegangan jaring
akan ditentukan oleh gaya apung (buoyancy) dari pelampung, berat tubuh jaring
akan di tentukan oleh gaya tenggelam (singking
force) dari pemberat dan shortening.
Dengan perkataan lain, jika
jaring di rentang terlalu tegang maka ikan akan sukar terjerat, dan ikan yang
telah terjeratpun akan mudah lepas. Ketegangan rentangan tubuh jaring akan
ditentukan terutama oleh bouyancy dari float, berat tubuh jaring, tali temali,
sinking force dari sinker dan juga shortening yang digunakan (Klust,Gerhard
1987).
2.1.1
Gaya
Apung (F) / Bouyancy
Gaya apung adalah kemampuan benda mengapung dalam zat cair.
Gaya apung pelampung ditentukan dengan perhitungan ukuran berat benda dan berat
jenis benda. Perhitungan gaya apung dapat
dilakukan dengan persamaan berikut:
Ga = berat benda di udara (kgf)
Gw
= berat benda di dalam zat cair: dimana = Ga(1-1/C)
C = berat jenis benda (kgf/m3)
1 = berat jenis air dalam 1000kgf/m3
BAB III
KESIMPULAN
Gaya internal berasal dari alat
tangkap itu sendiri. Gaya internal yang dapat mempengaruhi penampilan alat
penangkapan ikan saat dioperasikan diantaranya:
1.
Rasio penggantungan (Hanging ratio)
2.
Pengerutan (Shortening)
3.
Gaya tenggelam (Singking
force)
4.
Gaya tegangan
5.
Gaya apung (Bouyancy)
Pengaruh gaya-gaya tersebut dapat
mengakibatkan alat tangkap mengalami perubahan bentuk,
yaitu menjadi miring atau bahkan rebah dengan bentuk tampilan yang tidak
teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Fridman AL. 1988. Terjemahan
Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkapan Ikan. Bagian Proyek Penangkapan
Teknik Penangkapan Ikan Semarang. Balai Pengembangan Ikan. Semarang.
Klust, Gerhard. Bahan Jaring
Untuk Alat Penangkap Ikan. Team Penerjemah BPPI Semarang. Balai Pengembangan
Penangkapan Ikan. Semarang. 1987.
Martasuganda S. 2005. Serial Alat
Tangkap Gillnet, Setnet dan Trap. Jilid I Bogor.
Najamuddin. 2009. Modul of Fishing
Gear Design. Faculty of Marine Science and Fishiries, Hasanuddin University,
Makassar. Unpublished.
Najamuddin M. Palo dan Affandy A.
2011 Rancang Bangun Jaring Insang Ikan. Kabupaten Takalar. Sulawesi Selatan. Di
presentasikan pada seminar nasional perikanan dan kelautan “Bringing the Better
Science for the Better Fisheries and the Better Future”. 26-27 Oktober 2011.
Rifki M. 2008. Pengaruh Kecepatan
Arus Dan Mesh Size Terhadap Drag Force Dan Tinggi Jaring Goyang Pada Percobaan
Di Flume Tank [Skripsi]. Bogor (ID) : IPB.
Sahrhange D and Lundbeck J. 1991.
A History Of Fishing. Springger - verlag Berlin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar