A. Pendahuluan
Terumbu karang merupakan salah satu
ekosistem khas, dengan keanekaragaman hayati tinggi yang ditemukan di perairan
dangkal daerah tropis yang tersusun dari struktur kalsium karbonat yang
dibentuk oleh sekumpulan hewan yang disebut polip (Jaap 2000). Terumbu karang
merupakan sebuah sistem dinamis yang kompleks yang keberadaannya dibatasi oleh
parameter suhu, salinitas, intensitas cahaya matahari dan kecerahan suatu perairan
(Nybakken 1992).
Istilah ‘terumbu karang’ sering dikatakan
dengan ‘karang’. Karang adalah kelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama
terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang
hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi
kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari algae. Secara fisik
terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh
karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar
dihasilkan karang.
Terumbu
karang berfungsi sebagai habitat bagi tumbuhan laut, hewan laut, maupun
mikroorganisme. Seperti halnya pada tumbuhan, terumbu karang juga melakukan
fotosintesis dan mengeluarkan oksigen. Oleh karena itu, terumbu karang
memerlukan sinar matahari untuk hidup. Biasanya terumbu karang dapat ditemukan
hingga kedalaman 50 m, dimana sinar matahari masih dapat masuk. Terumbu karang
termasuk makhluk hidup yang sensitif dengan perubahan, terutama perubahan suhu.
Suhu ideal bagi terumbu karang berkisar kurang lebih 20 derajat celsius.
B.
Jenis - Jenis
Terumbu Karang
Terumbu
karang adalah salah satu makhluk hidup yang mudah di temukan di sepanjang
pantai, terutama di pantai-pantai indonesia. Terumbu karang sendiri, memiliki
berbagai macam jenis. Jenis-jenis terumbu karang di bedakan menjadi 4, yaitu
berdasarkan tipenya, berdasarkan bentuk dan tempat tumbuhnya, berdasarkan
letaknya, dan berdasarkan zonasinya.
1.
Terumbu Karang
Berdasarkan Tipenya
Terumbu karang
berdasarkan tipenya dibagi menjadi dua, yaitu terumbu karang bertipe lunak dan
terumbu karang bertipe keras.
· Lunak: jenis
terumbu karang ini adalah terumbu karang yang tumbuh di sepanjang pantai. Jenis
terumbu ini tidak membentuk karang, dan cenderung subur karena mendapatkan
sinar matahari yang cukup.
· Keras: jenis
terumbu ini adalah terumbu karang yang membentuk batuan kapur di dalam laut.
Jenis terumbu ini sangat rapuh dan rentan pada perubahan iklim. Terumbu karang
ini adalah pembentuk utama ekosistem terumbu karang.
2.
Terumbu Karang
Berdasarkan Bentuk Dan Tempat Tumbuh
Terumbu karang
jenis ini, dibagi menjadi 4 jenis, yaitu
· Terumbu: terumbu
adalah endapan dari batuan kapur. Endapan ini berbetuk seperti punggung laut
yang menjadi salah satu pembentuk ekosistem pesisir.
· Karang: karang
adalah biota laut yang memiliki peran dalam pembentukan terumbu. Bentuk karang
beruas- ruas seperti bambu.
· Karang terumbu:
karang terumbu adalah karang lunak yang tidak menghasilkan kapur. Karang terumbu
banyak di jumpai di daerah pesisir pantai.
· Terumbu karang:
terumbu karang adalah ekosistem di dalam laut, yang pembuatan akibat adanya
simbiosis antara hewan dan tumbuhan laut.
1.
Terumbu Karang
Berdasarkan Letaknya
Terumbu karang
berdasarkan letaknya di bedakan menjadi 4, yaitu:
· Terumbu Karang
Tepi: terumbu ini adalah terumbu yang paling banyak ditemukan disekitar pesisir
pantai. Terumbu ini bisa hidup hingga kedalaman 40 m. Terumbu ini berbentuk
melingkar ke arah lautan lepas. Terumbu ini banyak ditemukan di Bunaken, Pulau
Panaitan, dan Nusa Dua Bali.
· Terumbu Karang
Penghalang: Terumbu ini hampir sama dengan terumbu karang tepi. Hanya saja, terumbu
ini letaknya jauh dari pesisir. Terumbu ini dapat tumbuh hingga kedalaman 75 m.
Terumbu ini banyak ditemukan di Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, Kepulauan
Banggai Sulawesi Tenggara.
· Terumbu Karang
Cincin: terumbu karang ini bebentu seperti cincin. Terumbu ini banyak ditemukan
di sekitar samudra atlantik.
· Terumbu Karang
Datar: terumbu ini adalah terumbu karang yang membentuk pulau- pulau. Terumbu
karang ini, tumbuh dari dasar laut menuju permukaan laut. Terumbu karang ini
banyak ditemukan di Kepulauan Seribu dan Kepulauan Ujung Batu Aceh.
2.
Terumbu Karang
Berdasarkan Zonasi
Terumbu karang
berdasarkan zonasi dibagi menjadi 2, yaitu yang menghadap ke arah angin, dan
membelakangi angin.
· Terumbu yang
menghadap ke angin: terumbu ini adalah terumbu yang lerengnya mengarah ke
lautan lepas. Terumbu ini bisa hidup hingga kedalaman 50 m dan cenderung subur.
Terumbu karang ini juga bisa disebut dengan pamatang alga.
· Terumbu yang
membelakangi angin: terumbu ini adalah terumbu yang umumnya bersifat keras.
Bisa ditemukan pada kedalaman laut kurang dari 50 m. Bentuk terumbu ini seperti
hampatan karang yang sempit.
Indonesia adalah salah satu pemilik
ekosistem terumbu karang terbesar di dunia. Diperkirakan, terdapat 300 jenis
jenis terumbu karang yang ada di Indonesia. Berikut ini 10 contoh terumbu
karang yang ada di Indonesia.
a.
Acropora
Cervicurnis
· Jenis terumbu karang ini bisa hidup pada kedalaman 3-15 m
dari atas permukaaan laut.
· Terumbu ini berbentuk seperti pipa kecil yang ada di
dalam laut. koloni terumbu ini dapat berkumpul hingga beberapa meter. Terumbu
ini tersusun dari cabang- cabang dan membentuk terumbu karang yang lebat, serta
cabang- cabang yang silindris.. Aksial koralit dari terumbu karang ini dapat
dibedakan.
· Memiliki kemiripan dengan terumbu karang Acropora
Prolifera.
· Terumbu karang ini biasanya berwarna coklat muda.
· Hidup pada perairan yang jernih serta tidak
berpolusi. Serta tumbuh di bagian atas
lereng atau lagun dangkal yang jernih serta di tengah- tengah karang. Terumbu
karang ini banyak di jumpai di perairan Indonesia, Jamaika Serta kepulauan
Cayman.
b.
Acropora Elegantula
· Terumbu karang ini hidup pada kedalaman 3-15 m dari atas
permukaan laut.
· Terumbu karang ini berbentuk seperti semak dan berbentuk
melebar. Cabang dari terumbu karang ini berbentuk horizontal yang menyabar
serta tipis. Serta aksial koralit yang terlihat jelas. Saat terkena arus laut,
terumbu karang ini akan bergerak dengan sangat lembut, seperti sedang menari
akibat dari ukuran cabang yang hampir seragam.
· Terumbu karang ini berwarna abu- abu, dengan warna
ujungnya akan semakin berwarna muda.
· Terumbu karang ini memiliki kesamaan dengan Acropora
Aculeus.
· Terumbu karang ini mudah ditemukan pada perairan dangkal.
Selain Indonesia, terumbu karang ini dapat ditemukan di Sri Langka.
c.
Acropoda
Micropthalma
· Terumbu karang ini bisa hidup pada kedalaman 3-15 m dari
atas permukaan laut.
· Terumbu karang ini berbentuk melebar serta pipih, dengan
luas bisa mencapai 2 m.
· Tarumbu ini biasanya hanya terdiri dari 1 spesies,
terdiri dari satu koralit kecil, yang membentuk satu terumbu karang. koralit
kecil ini biasanya berjumlah banyak dengan ukuran yang sama.
· Memiliki kemiripan dengan Acropora Copiosa, Acropora
Parilis, dan Acropora Horrida.
· Dapat ditemukan pada perairan yang keruh, serta lagun
yang berpasir. Selain itu, dapat ditemukan pada perairan dangkal dan di atas
karang. Selain di Indonesia, terumbu karang ini bisa di jumpai di Australia dan
Papua.
d.
Acropora Millepora
· Terumbu karang ini hidup pada kedalaman 3-15 m.
· Berbentuk bantalan dengan cabang yang pendek dan gemuk
serta dengan ukuran yang sama. terumbu karang ini ada kemiripan dengan Acropora
Aspera. Yang membedakan adalah radial koralit yang rapat serta aksial koralit
yang terpisah- pisah.
· Terumbu karang ini biasanya berwarna hijau, merah, biru,
atau jingga.
· Terumbu karang ini memiliki kemiripan dengan Acropora
Covexa, Acropora Aspera dan Acropora Pulchra.
· Mudah ditemukan pada perairan yang dangkal serta tidak berpolusi.
Selain di Indonesia, terumbu ini juga ditemukan di Filipina dan Australia.
e.
Acropora Humilis
· Terumbu karang ini hidup pada kedalaman 1-7 m.
· Berbentuk bercabang- cabang. Cabang- cabang dari terumbu
karang ini berbentuk tebal. Memiliki koralit yang besar, dan memiliki radial
koralit dengan dua ukuran.
· Terumbu karang ini juga disebut sebagai karang bercabang.
Akibat dari bentuk karang yang bercabang- cabang.
· Memiliki kurimbosa dengan warna ungu atau merah muda.
Tapi warna yang sering di jumpai adalah krem, coklat, atau biru.
· Hidup disekitar terumbu yang datar, selain itu juga bisa
ditemukan pada lereng karang. Jenis terumbu karang ini banyak ditemukan pada
perairan indonesia dan tersebar mulai dari laut merah hingga America Tengah dan
Indo- Pasifik.
f.
Acropora
Hyacinthus
· Terumbu ini hidup pada kedalaman 15-35 m.
· Berbetuk seperti piring dengan cabang yang tipis. Terumbu
karang ini termasuk terumbu karang yang mudah rapuh. Koralit dari terumbu
karang ini berbentuk mangkok, dengan bagian yang melebar.
· Terumbu ini berwarna coklat, hijau, merah muda, abu- abu,
dan biru.
· Memiliki kemiripan dengan Acripora Cytherea.
· Terumbu karang ini juga disebut sebagai karang meja. Hal
ini karena bentuknya yang lebar seperti meja.
· Dapat ditemukan disekitar lereng karang atau perairan
yang dangkal. Selain di Indonesia, terumbu karang ini banyak dijumpai di
Australia.
g.
Sidesratra
Sidereal
· Terumbu karang ini hidup pada kedalaman 7-14 m.
· Pada beberapa kesempatan karang ini juga sering ditemukan
berada di atas ketinggian 1 meter dari permukaan laut.
· Terumbu karang ini membentuk koloni yang menyerupai batu
bulat dan besar. Koloni terumbu karang ini bisa tersebar hingga beberapa meter.
Beberapa terumbu karang ini berbentu sedikit lebih pipih dari biasanya.
· Terumbu karang ini biasanya berwarna coklat atau abu-
abu. warna dari terumbu karang ini biasanya seragam
· Berada di perairan jernih dan bebas dari polusi. Selain
di Indonesia, jenis terumbu karang ini banyak ditemukan di laut karibia.
h.
Montipora Danae
· Terumbu karang ini hidup pada kedalaman 3-15 m dari
permukaan laut.
· Berbentuk plat datar seperti kubah dengan koralit yang
kecil. Selain itu, terumbu ini ada berbentuk seperti piring yang terbalik.
· Terumbu karang ini berwarna coklat muda, ungu atau
terkadang berwarna sangat cerah.
· Terumbu karang ini memiliki kemiripan dengan
MontiporaVerrucosa dan Montipora Palawanensis.
· sifat dari terumbu karang ini tidak menjadi benalu bagi
terumbu karang yang lain. Akan tetapi, terumbu karang ini memiliki kemampuan
untuk tumbuh dengan sangat cepat. Sehingga mengambil banyak tempat di akuarium.
· Dapat di temukan hidup di sekitar lereng karang bagian
atas atau lagun yang jernih. selain di Indonesia, terumbu karang ini banyak
ditemukan di Papua Nugini, Filipina, Jepang, hingga Madagaskar.
i.
Montipora
Aquituberculata
·
Terumbu ini hidup pada kedalaman 3-15 m
·
Berbentuk seperti corong dengan lapisan yang
bersusun- susun. Terumbu karang ini terdiri dari koralit dengan dikelilingi
papila yang tebal. Terumbu karang ini lama kadalaman akan menggerak sehingga
tersusun menjadi seperti corong.
·
Terumbu Karang ini memliki kemiripan dengan
Montipora Peltiformis.
·
Terumbu ini berwarna coklat atau jingga
·
Dapat di temukan hidup pada perairan dangkal
dengan banyak karang. Daerah sebarannya selain di Indonesia sama dengan
Montipora Danae, yaitu Filipina Jepang hingga ke Madagaskar. Akan tetapi,
terumbu karang ini juga bisa ditemukan di Australia.
j.
Acropora Grandis
· Terumbu ini hidup pada kedalaman 3-15 m
· Semakin dalam lokasi terumbu ini maka cabang akan semakin
panjang dan terbuka. semakin dangkal, maka cabangnya akan semakin pendek.
· Terumbu ini berwarna coklat, merah muda, biru, atau
hijau. Pada ujungnya, warna akan semakin muda.
· Dapat ditemukan hidup pada lereng karang bagian atas.
· Memiliki persebaran yang sama dengan Montipora Danae.
yaitu Indonesia, Filipina, Jepang, hingga Madagaskar. selain itu, jenis terumbu
karang ini tersebar hingga Indo- Pasifik. Terumbu karang ini banyak tumbuh di
daerah yang beriklim tropis.
A.
Hubungan karang
dengan tingkah laku ikan
Menurut Choat and Bellwood (1991)
menjelaskan interaksi ikan karang dengan terumbu karang dalam 3 bentuk hubungan
yaitu :
1.
Interaksi
langsung, yaitu sebagai tempat berlindung dari predator.
2.
Interaksi
dalam mencari makanan, meliputi hubungan antar ikan karang dan biota yang hidup
pada karang termasuk alga.
3.
Interaksi
tidak langsung sebagai akibat dari struktur karang dan kondisi hidrologi dan
sedimen.
Sedangkan menurut Nybakken (1992)
interaksi ikan karang lainnya yang terjadi dalam ekosistem terumbu karang
adalah :
1.
Pemangsaan,
dimana ada dua kelompok ikan yang secara aktif memakan koloni-koloni karang,
yaitu spesies memakan polip-polip karang, seperti ikan buntal (Tetraonotidae),
ikan kuli pasir (Monachantidae), ikan pakol (Balistidae) dan ikan kepe-kepe
(Chaetodontidae) dan kelompok multivora/omnivore yang memindahkan polip karang
untuk mendapatkan alga atau invertebrata yang hidup dalam lubang kerangka.
2.
Grazing,
dilakukan oleh ikan-ikan famili Siganidae, Pomacentridae, Acanthuridae dan
Scaridae yang merupakan herbivora grazer pemakan alga sehingga pertumbuhan alga
yang berkompetisi ruang dengan karang dapat terkendali.
Nybakken (1992) menyatakan tipe pemangsaan
yang paling banyak di terumbu karang adalah karnivora yakni sekitar 50 – 70%
dari spesies ikan. Ikan herbivora dan pemakan karang merupakan kelompok besar
kedua yaitu sekitar 15% dari spesies yang ada. Sisanya berupa omnivora atau
multivora yaitu ikanikan dari famili Pomachantidae, Chaetodontidae,
Monachantidae, Ostachiontidae dan Tetradontidae. Ikan-ikan pemakan zooplankton
memiliki ukuran tubuh kecil, yaitu dari famili Clupidae dan Atherinidae.
Dengan
demikian keberadaan ikan-ikan karang baik secara kuantitas maupun kualitas
sangat behubungan dengan kondisi kesehatan terumbu karang yang ditunjukkan oleh
persentase penutupan karang hidup (Hutomo, 1986), serta keanekaragaman jenis
biota karang di suatu ekosistem. Interaksi antara ikan karang dengan terumbu karang
sebagai habitatnya dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu: (1) interaksi
langsung sebagai tempat berlindung dari predator pemangsa terutama bagi
ikan-ikan muda; (2) interaksi dalam mencari makanan yang meliputi hubungan
antara ikan karang dan biota yang hidup pada karang termasuk algae; dan (3)
interaksi tidak langsung sebagai akibat struktur karang dan kondisi hidrologis
dan sedimen (Coat dan Bellwood 1991).
A. Penyebab kerusakan terumbu karang
Sesuai dengan hasil penelitian secara umum
bahwa 85 % kerusakan terumbu karang disebabkan oleh kegiatan manusia baik yang
berasal dari dalam kawasan maupun yang berasal dari luar kawasan. Kegiatan di
dalam kawasan yang menyebabkan kerusakan terumbu karang menurut hasil
penelitian CNOOC dan PKSPL 2006 adalah (Tabel 1):
Tabel
1. Sumber Penyebab Kerusakan Terumbu Karang
Berasal
Dari Kawasan
|
Berasal
Dari Luar Kawasan
|
Limbah
domestik dari penduduk lokal maupun resort-resort wisata
|
Pertambangan
minyak
|
Penambangan
karang
|
Sampah
dan limbah dari darat yang dibawa oleh 13 sungai
|
Penambangan
pasir
|
Pembangunan
Giant Sea Wall
|
Pembangunan
darmaga
|
Transportasi
kapal-kapal besar yang melewati kawasan
|
Limbah
Budidaya ikan
|
Wisata
selam yang tidak ramah lingkungan
|
Transportasi
laut
|
|
Kerusakan terumbu karang juga disebabkan
oleh faktor alami, seperti kualitas air laut, arus, gelombang, perubahan iklim,
predator alami, pengkayaan nutrien dan sebagainya. Faktor tersebut saling
berinteraksi dalam menentukan keberlanjutan ekosistem terumbu karang.
Sebagai ekosistem yang paling produktif
dan memiliki keanekaragaman yang tinggi, terumbu karang memberikan berbagai
manfaat bagi kehidupan manusia (Moberg & Folke 1999). Terumbu karang dapat
menyediakan jasa lingkungan dan manfaat ekonomi dari bidang perikanan dan
pariwisata (Morberg & Folke 1999).
Terumbu karang dihuni oleh berbagai
organisme bentik dan organisme motil. Namun, keanekaragaman di daerah terumbu
karang juga dipengaruhi oleh ekosistem lain di sekitar terumbu karang. Beberapa
jenis ikan karang akan berada pada ekosistem lamun atau mangrove ketika fase
juvenil untuk berlindung dari predator, dan baru akan menetap di terumbu karang
ketika telah mencapai ukuran tertentu (Nagelkerken et al. 2000).
Perubahan iklim akan berpengaruh terhadap
kenaikan suhu permukaan air laut, peningkatan kadar CO2 di laut, peningkatan
sinar UVB, dan perubahan cuaca secara ekstrim (Wilkinson 1999). Suhu permukaan
air laut yang meningkat akan menyebabkan stress pada zooxanthella, sehingga
menyebabkan karang mengalami bleaching dan akhirnya mati (Wilkinson 1999, Jaap
2000). Kadar CO2 di perairan akan memengaruhi jumlah ion karbonat dan
bikarbonat dalam air. Karbondioksida akan mengikat ion karbonat atau bikarbonat
sehingga menurunkan kemampuan untuk membentuk terumbu. Zooxanthella dalam
karang membutuhkan cahaya matahari untuk fotosintesis, namun cahaya matahari
berlebih meningkatkan dampak negatif dari sinar UV. Sinar UV akan mempengaruhi
proses fotosintesis, respirasi, dan pembelahan sel zooxanthella (Shick et al
1996).
Perubahan iklim juga meningkatkan
kemungkinan terjadinya badai atau pun perubahan pola arus yang menyebabkan
kerusakan pada terumbu karang (Wilkinson 1999). Pengaruh perubahan iklim
terhadap terumbu karang telah dilakukan oleh Australian Institute of Marine
Science (AIMS) tahun 2005 yang memperkirakan terumbu karang dunia mengalamai
kerusakan serius sebesar 16% akibat adanya El Nino. Terumbu karang di Indonesia
mengalami pemutihan (bleaching) pada tahun 1997/1998 yang terjadi di beberapa
wilayah yaitu bagian timur Sumatera, Jawa, Bali dan Lombok. Di Kepulauan
Seribu, 90 -95% terumbu karang yang berada hingga kedalaman 25 meter mengalami
kematian akibat pemutihan karang.
Chabanet et al. (1997), menyatakan bahwa keanekaragaman dan kekayaan jenis
dari kumpulan ikan karang berhubungan dengan banyak variabel karang seperti
kompleksitas bangunan (architectural)
atau tutupan karang bercabang, keanekaragaman, kekayaan jenis, kelimpahan,
ukuran koloni, tutupan karang hidup, tutupan karang padat dan tutupan karang
pipih/merayap. Menurut Allen (1999), kelimpahan sumberdaya ikan karang pada
suatu lokasi disebabkan oleh tersedianya habitat yang sangat bervariasi di
ekosistem terumbu karang. Bentuk dan variasi karang dan tempat berlindung
lainnya terkombinasi menjadi habitat-habitat yang berbeda dengan variasi yang
tinggi yang dimanfaatkan oleh ikan dengan karakteristik yang berbeda pula.
Menurut Suharsono (2007) bahwa secara
alamiah, ekosistem terumbu karang memiliki berbagai peranan penting antara lain
:
1. Sebagai
lingkungan hidup. Ekosistem terumbu karang merupakan tempat tinggal, tempat
berlindung, tempat mencari makan serta tempat berkembang biak bagi biota yang
hidup didaerah karang dan sekitarnya.
2. Sebagai
pelindung fisik. Dengan formasi yang dimiliki, terumbu karang dapat berfungsi
sebagai pemecah ombak dan penahan arus.
3. Sebagai
ekosistem yang menghasilkan berbagai produk yang bernilai ekonomis penting.
Seperti berbagai jenis ikan karang, teripang, karangkarangan dan moluska.
4.
Sebagai
sumber keindahan. Dengan keindahan yang dimilikinya, ekosistem terumbu karang
dapat dijadikan daerah rekreasi dan taman laut.
DAFTAR PUSTAKA
Allen
GR. 1999. Marine Fishes of South-East
Asia. Periplus Eitions (HK) Ltd. Singapore.292 pp.
Chabanet
P, Ralambondrainy H, Amanieu M, Faure G, Galzin R. 1997. Relationships between
coral reef substrata and fish. Coral
Reefs. 1(6):93-102.
Choat
JH, Bellwood DR. 1991. The biology of
herbivorous species fishes on coral reef in the ecology of fishes reefs.
Sale PF ed. Departement of Zoology University of New Hamspire Durham.
Hutomo
M. 1986. Method of Sampling Coral Reef
Research Method and Management. Vol II. SAEMEO-BIOTROP. Bogor.
Nybakken
JW. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan
Ekologis. Diterjemahkan oleh : Koesoebiono M. Eidman, D. G. Bengen,
Malikusworo,dan Sukristiono. Marine Biology and Ecologocal Approacch. PT.
Gramedia, Jakarta. 480 hal.
Suharsono.
2007. Pengelolaan Ekosistem Terumbu
Karang. Ed.Rev Cetakan ke-2 Penerbit Djambatan, Jakarta 118 hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar