PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Nelayan dalam melakukan operasional
penangkapan ikan menggunakan beberapa jenis alat tangkap seperti purse seine, gillnet, bubu dan lain-lain. Komponen alat tangkap tersebut adalah
jaring. Jaring merupakan bagian dari alat penangkapan ikan yang berupa siratan
(rajutan) tali (benang) yang membentuk mata jaring.
Dalam membuat sebuah alat tangkap
diperlukan desain alat sesuai dengan tujuan tangkapan, khususnya pada alat
tangkap berbahan jaring diperlukan geometri jaring. Geometri tersebut digunakan
untuk membentuk pola pemotongan jaring seperti segitiga, segi empat maupun
trapesium sehingga apabila digabungkan akan menghasilkan alat tangkap sesuai desain
yang diinginkan. Pemotongan jaring yang tepat dapat menghindari kesalahan dalam
membuat alat tangkap, mengurangi pemborosan baik dari bahan alat tangkap, waktu
dan tenaga serta biaya yang dikeluarkan.
2. Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah untuk mengetahui geometri jaring berdasarkan pola
pemotongan jaring.
3. Manfaat
Manfaat dari
makalah ini adalah memberikan penjelasan mengenai geometri jaring berdasarkan
pola pemotongan jaring.
TINJAUAN PUSTAKA
Geometri berasal dari kata
‘geo’ dan ‘metron’ (bahasa Yunani Kuno), dimana geo artinya bumi dan metron
artinya pengukuran. Dalam kamus bahasa indonesia geometri adalah cabang
matematika yang menerangkan sifat-sifat garis, sudut, bidang, dan ruang.
Perkembangan geometri tidak hanya menyangkut pengukuran dan sifat keruangan
bumi, tetapi berkembang pada obyek-obyek yang bersifat abstrak seperti bentuk
ruas garis, garis, segi banyak dan bidang banyak (segitiga, segi empat, segi
lima dan segi enam). Geometri digunakan
untuk menunjang ilmu-ilmu lain terkait dengan pengukuran bangun ruang, salah
satunya adalah rancang bangun jaring pada alat penangkapan ikan. Dengan
demikian, geometri jaring adalah bentuk jaring yang dihasilkan dari pemotongan
berdasarkan pola potong yang telah ditentukan (www.wikipedia.com, 2017).
Sistem pemotongan jaring perlu dipahami dalam
mempelajari rancang bangun alat penangkapan ikan. Hal ini perlu dilakukan
mengingat tidak semua alat penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang.
Beberapa alat penangkap ikan mempunyai bentuk yang agak rumit seperti trawl, sehingga dalam rancangannya
diperlukan beberapa model pemotongan untuk membentuk sesuai dengan yang
diinginkan. Ada 4 jenis pemotongan, yaitu : (1) all P (N = north =
mengarah ke utara) adalah sistem pemotongan jaring secara lurus ke arah
vertikal; (2) all M (T=transverse) adalah sistem pemotongan
yang lurus secara horizontal; (3) all
B sistem pemotongan secara lurus pada arah miring; dan (4) sistem pemotongan
kombinasi (www.dedialamsyah.wordpress,
2017)
PEMBAHASAN
1.
Jenis Pola Pemotongan
Jaring
Pola
pemotongan jaring terdiri dari 3 jenis yaitu mesh (horizontal), point
(vertikal) dan bar (diagonal) yang
dapat dilihat pada (Gambar 1). Apabila pola potong jaring hanya terdiri dari
jumlah mesh saja, point saja atau bar saja maka bentuk dari pola pemotongan
jaring tersebut akan berbentuk all mesh,
all point atau all bar.
Gambar 2. Pola kombinasi pemotongan jaring
Ketiga pola pemotongan tersebut dapat
di kombinasikan menjadi beberapa jenis yaitu point
- bar, mesh - bar dan point – mesh yang dapat dilihat
pada (Gambar 2).
Pola
kombinasi point - bar merupakan kombinasi pemotongan
simpul samping ke arah tegak yang dilanjutkan ke arah miring dengan jumlah
potongan sesuai dengan yang kita diinginkan. Pada pola kombinasi point – bar, semakin banyak jumlah bar
yang dipotong maka jaring yang dihasilkan akan membentuk sudut yang semakin
kecil diukur dari garis vertikal (luasan jaring akan semakin sempit).
Pola kombinasi mesh - bar merupakan
kombinasi pemotongan simpul samping ke arah datar yang dilanjutkan ke arah
miring dengan jumlah potongan sesuai dengan yang kita diinginkan. Pada pola
kombinasi mesh – bar, semakin banyak jumlah bar
yang dipotong maka jaring yang dihasilkan akan membentuk sudut yang semakin
besar diukur dari garis vertikal (luasan jaring akan semakin luas).
Pola kombinasi point - mesh adalah pola
kombinasi pemotongan vertikal dan horizontal terhadap jaring. Apabila pola
pemotongan jumlah point dan jumlah mesh nya sama maka akan menghasilkan jaring
dengan sudut 45o. Apabila potongan mesh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah potongan point maka sudutnya akan semakin besar
begitu juga sebaliknya apabila jumlah potongan mesh lebih sedikit daripada jumlah potongan point maka sudutnya akan semakin kecil. Pola kombinasi pemotongan disesuaikan
dengan bentuk alat tangkap yang diinginkan. Pemotongan jaring yang tepat akan
memberikan efisiensi waktu dan biaya dalam pembuatan alat tangkap sehingga jumlah
jaring yang dibutuhkan dapat ditentukan dengan tepat dan mata jaring tidak
terbuang sia-sia.
Gambar 2. Pola kombinasi pemotongan jaring
2.
Menghitung
cutting rate
Penghitungan cutting rate perlu dilakukan untuk mendapatkan perbandingan antara mesh-bar, point-bar atau all all/point/mesh
yang harus dipotong dalam pemotongan selembar jaring. Apabila selembar jaring
akan dilakukan pemotongan dalam bentuk pola kombinasi, maka hal yang harus
diperhatikan adalah perbandingan antara mesh
dan bar atau point dan bar yang harus
dipotong. Pola kombinasi tersebut akan mendapat hasil pemotongan sesuai dengan
yang diharapkan. Adapun untuk menentukan perbandingan tersebut dapat dilakukan
dengan cara menghitung cutting ratenya
yaitu dengan cara sebagai berikut :
a.
Pemotongan mesh dan bar
Pemotongan mesh dan bar apabila jumlah mesh ke bawah (B) lebih kecil dari jumlah mesh ke arah samping (L) atau (B<L), maka pemotongan jaring
dilakukan dengan menggunakan mesh dan
bar (m/b), sehingga jumlah mesh yang dipotong sama dengan L-B, sedangkan
jumlah bar yang dipotong sama dengan
2xB.
L
– B : ........ m
2
x B : ........ b
Keterangan
:
L : Jumlah mata ke arah panjang (ke samping)
B :
Jumlah mata ke arah dalam
m : Jumlah mesh yang akan terpotong
b : Jumlah bar yang akan terpotong
contoh
penerapan :
Diketahui
apabila jaring yang akan dipotong mempunyai ukuran Panjang
(L) = 60 mata dan Dalam (B) = 40 mata. Maka
berapakah pola pemotongan jaring yang tepat?
Penyelesaian :
m = L – B
= 60 – 40 = 20
b = 2B = b= 2 x 40 = 80
Jadi, pemotongan
tersebut adalah 20 mesh 80 bar = 1m 4b
b.
Pemotongan
point dan bar
Pemotongan point dan bar apabila jumlah mesh ke bawah (B) lebih banyak dari jumlah mesh ke arah samping (L) atau (B>L), maka pemotongan jaring
dilakukan dengan menggunakan point
dan bar (p/b). Sehingga jumlah point yang dipotong sama dengan L-B.
Sedangkan jumlah bar yang dipotong
sama dengan 2xB.
L
– B : ........ p
2 x B : ........ b
Keterangan
:
B :
Jumlah mata sisi terpendek
L : Jumlah mata sisi terpanjang
P : Jumlah pemotongan p
B : Jumlah pemotongan b
contoh
penerapan :
Diketahui Selembar jaring
berukuran, panjang = 100 mata dan lebar = 50 mata. Jaring akan diambil 60 mata pada sisi yang satu dan 30 mata pada sisi yang lain. Bagaimana pola pemotongan
yang tepat ?
Penyelesaian :
P = L – B = 60 – 30 = 30
b = 2B = 2 x 30 = 60
P : b = 30 : 60 = 1 : 2 pemotongan
Sehingga
pola pemotongannya adalah 1p2b
c.
Pemotongan kombinasi
Pemotongan kombinasi adalah perpaduan antara bagian potongan jaring yang
dapat digunakan untuk proses penyambungan jaring dalam sebuah alat tangkap.
Pemotongan kombinasi dapat digambar seperti di bawah ini :
Keterangan : D = Jumlah mata jaring yang
akan dikurangi
H = Tinggi (dalam mata jaring)
Nilai
pemotongannya adalah sebagai berikut :
|
Nilai
bar
|
Nilai
point (N)
|
Nilai
mesh (T)
|
Berkurangnya
mata D
|
0,5
|
0
|
1
|
Tinggi
dalam mata H
|
0,5
|
1
|
0
|
Sumber
: Prado, 1991
Pemotongan jaring kombinasi dapat dihitung
dengan formulasi yang dicontohkan pada potongan kombinasi 1N1B dan 1T2B sebagai
berikut :
·
Apabila ingin memotong jaring dari arah
tinggi :
1N1B = [(1 x 1)
+ (1 x 0,5)]
= 1 +
0,5
= 1,5
Maka
akan mengurangi jaring dari arah lebar.
1N1B = [(1 x 0)
+ (1 x 0,5)]
=
0 + 0,5
= 0,5
·
Apabila ingin memotong jaring dari arah lebar :
1T2B = [(1 x 1) + (2 x 0,5)
= 1 + 1
= 2
Maka akan mengurangi jaring dari arah tinggi :
1T2B = [(1 x 0) + (2 x 0,5)
= 0 + 1
= 1
Berdasarkan perhitungan di atas menyatakan
bahwa apabila sebuah jaring dipotong sebesar 1,5 maka mata jaring yang terpotong
adalah sebesar 0,5 begitu juga seterusnya pada kelipatan pola potong tersebut.
Pada kombinasi mesh – bar (1T2B), apabila sebuah jaring
dipotong 2 mata maka jaring yang terpotong adalah sebanyak 1 mata jaring.
Dengan demikian, geometri jaring yang
dibentuk berdasarkan pola pemotongan jaring akan membentuk desain alat tangkap.
Pola pemotongan jaring yang tepat akan memberikan efesiensi bahan yang
digunakan, waktu yang dibutuhkan, dan biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan
alat tangkap.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pola pemotongan jaring akan membentuk geometri jaring sesuai desain jaring yang
diinginkan. Desain alat tangkap dengan pola
pemotongan jaring yang tepat akan memberikan efisiensi bahan yang digunakan,
waktu yang dibutuhkan dan biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan alat tangkap.
DAFTAR PUSTAKA
https://dedialamsyah.wordpress.com/2013/12/07/buku-ajar-rancang-bangun-alatpenangkapan-ikan/di unduh tanggal, 5
Desember 2017.
http://ikanlaut.tripod.com/netting_geometry.pdf. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017.
http://wikipedia.com. Diakses pada tanggal 5 Desember 2017.
https://www.academia.edu/17518947/Perlakuan pada bahan mata
kuliah bahan dan rancang bangun alat penangkapan ikan. Diakses pada tanggal 5
November 2017.
Prado,
J, P.Y, Dremiere. 1991. Termejahan Buku Praktis bagi Nelayan. Organisasi Pangan
dan Pertanian PBB. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan : Semarang.
Sapriyun.
2016. https://www.scribd.com/document/327149218/Pengenalan-Alat-Tangkap-Sapriyun-S-ST-Pi. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar