Jumat, 29 Juni 2018

GEOMETRI JARING BERDASARKAN TEKNIK PEMOTONGAN JARING


PENDAHULUAN

1.       Latar Belakang
Nelayan dalam melakukan operasional penangkapan ikan menggunakan beberapa jenis alat tangkap seperti purse seine, gillnet, bubu dan lain-lain. Komponen alat tangkap tersebut adalah jaring. Jaring merupakan bagian dari alat penangkapan ikan yang berupa siratan (rajutan) tali (benang) yang membentuk mata jaring.
Dalam membuat sebuah alat tangkap diperlukan desain alat sesuai dengan tujuan tangkapan, khususnya pada alat tangkap berbahan jaring diperlukan geometri jaring. Geometri tersebut digunakan untuk membentuk pola pemotongan jaring seperti segitiga, segi empat maupun trapesium sehingga apabila digabungkan akan menghasilkan alat tangkap sesuai desain yang diinginkan. Pemotongan jaring yang tepat dapat menghindari kesalahan dalam membuat alat tangkap, mengurangi pemborosan baik dari bahan alat tangkap, waktu dan tenaga serta biaya yang dikeluarkan.

2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui geometri jaring berdasarkan pola pemotongan jaring.

3. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah memberikan penjelasan mengenai geometri jaring berdasarkan pola pemotongan jaring.

TINJAUAN PUSTAKA

Geometri berasal dari kata ‘geo’ dan ‘metron’ (bahasa Yunani Kuno), dimana geo artinya bumi dan metron artinya pengukuran. Dalam kamus bahasa indonesia geometri adalah cabang matematika yang menerangkan sifat-sifat garis, sudut, bidang, dan ruang. Perkembangan geometri tidak hanya menyangkut pengukuran dan sifat keruangan bumi, tetapi berkembang pada obyek-obyek yang bersifat abstrak seperti bentuk ruas garis, garis, segi banyak dan bidang banyak (segitiga, segi empat, segi lima dan segi enam). Geometri digunakan untuk menunjang ilmu-ilmu lain terkait dengan pengukuran bangun ruang, salah satunya adalah rancang bangun jaring pada alat penangkapan ikan. Dengan demikian, geometri jaring adalah bentuk jaring yang dihasilkan dari pemotongan berdasarkan pola potong yang telah ditentukan (www.wikipedia.com, 2017).

Sistem pemotongan jaring perlu dipahami dalam mempelajari rancang bangun alat penangkapan ikan. Hal ini perlu dilakukan mengingat tidak semua alat penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang. Beberapa alat penangkap ikan mempunyai bentuk yang agak rumit seperti trawl, sehingga dalam rancangannya diperlukan beberapa model pemotongan untuk membentuk sesuai dengan yang diinginkan. Ada 4 jenis pemotongan, yaitu : (1) all P (N = north = mengarah ke utara) adalah sistem pemotongan jaring secara lurus ke arah vertikal; (2) all M (T=transverse) adalah sistem pemotongan yang lurus secara horizontal; (3) all B sistem pemotongan secara lurus pada arah miring; dan (4) sistem pemotongan kombinasi (www.dedialamsyah.wordpress, 2017)

PEMBAHASAN

1.   Jenis Pola Pemotongan Jaring

Pola pemotongan jaring terdiri dari 3 jenis yaitu mesh (horizontal), point (vertikal) dan bar (diagonal) yang dapat dilihat pada (Gambar 1). Apabila pola potong jaring hanya terdiri dari jumlah mesh saja, point saja atau bar saja maka bentuk dari pola pemotongan jaring tersebut akan berbentuk all mesh, all point atau all bar.
Gambar 2. Pola kombinasi pemotongan jaring

Ketiga pola pemotongan tersebut dapat di kombinasikan menjadi beberapa jenis yaitu point - bar, mesh - bar dan point mesh yang dapat dilihat pada (Gambar 2). Pola kombinasi point - bar merupakan kombinasi pemotongan simpul samping ke arah tegak yang dilanjutkan ke arah miring dengan jumlah potongan sesuai dengan yang kita diinginkan. Pada pola kombinasi point bar, semakin banyak jumlah bar yang dipotong maka jaring yang dihasilkan akan membentuk sudut yang semakin kecil diukur dari garis vertikal (luasan jaring akan semakin sempit).
Pola kombinasi mesh - bar merupakan kombinasi pemotongan simpul samping ke arah datar yang dilanjutkan ke arah miring dengan jumlah potongan sesuai dengan yang kita diinginkan. Pada pola kombinasi mesh bar, semakin banyak jumlah bar yang dipotong maka jaring yang dihasilkan akan membentuk sudut yang semakin besar diukur dari garis vertikal (luasan jaring akan semakin luas).
Pola kombinasi point - mesh adalah pola kombinasi pemotongan vertikal dan horizontal terhadap jaring. Apabila pola pemotongan jumlah point dan jumlah mesh nya sama maka akan menghasilkan jaring dengan sudut 45o. Apabila potongan mesh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah potongan point maka sudutnya akan semakin besar begitu juga sebaliknya apabila jumlah potongan mesh lebih sedikit daripada jumlah potongan point maka sudutnya akan semakin kecil. Pola kombinasi pemotongan disesuaikan dengan bentuk alat tangkap yang diinginkan. Pemotongan jaring yang tepat akan memberikan efisiensi waktu dan biaya dalam pembuatan alat tangkap sehingga jumlah jaring yang dibutuhkan dapat ditentukan dengan tepat dan mata jaring tidak terbuang sia-sia. 
Gambar 2. Pola kombinasi pemotongan jaring

2.   Menghitung cutting rate
Penghitungan cutting rate perlu dilakukan untuk mendapatkan perbandingan antara mesh-bar, point-bar atau all all/point/mesh yang harus dipotong dalam pemotongan selembar jaring. Apabila selembar jaring akan dilakukan pemotongan dalam bentuk pola kombinasi, maka hal yang harus diperhatikan adalah perbandingan antara mesh dan bar atau point dan bar yang harus dipotong. Pola kombinasi tersebut akan mendapat hasil pemotongan sesuai dengan yang diharapkan. Adapun untuk menentukan perbandingan tersebut dapat dilakukan dengan cara menghitung cutting ratenya yaitu dengan cara sebagai berikut :

a.   Pemotongan mesh dan bar
Pemotongan mesh dan bar apabila jumlah mesh ke bawah (B) lebih kecil dari jumlah mesh ke arah samping (L) atau (B<L), maka pemotongan jaring dilakukan dengan menggunakan mesh dan bar (m/b), sehingga jumlah mesh yang dipotong sama dengan L-B, sedangkan jumlah bar yang dipotong sama dengan 2xB.
L – B   : ........ m
2 x B   : ........ b
Keterangan :
L          : Jumlah mata ke arah panjang (ke samping)
B         : Jumlah mata ke arah dalam
m         : Jumlah mesh yang akan terpotong
b          : Jumlah bar yang akan terpotong
contoh penerapan :
Diketahui apabila jaring yang akan dipotong mempunyai ukuran Panjang (L) = 60 mata dan Dalam (B) = 40 mata. Maka berapakah pola pemotongan jaring yang tepat?

Penyelesaian
m = L – B                
    = 60 – 40 = 20
b  = 2Bb= 2 x 40 = 80
Jadi, pemotongan tersebut adalah 20 mesh 80 bar = 1m 4b

b.   Pemotongan point dan bar
Pemotongan point dan bar apabila jumlah mesh ke bawah (B) lebih banyak dari jumlah mesh ke arah samping (L) atau (B>L), maka pemotongan jaring dilakukan dengan menggunakan point dan bar (p/b). Sehingga jumlah point yang dipotong sama dengan L-B. Sedangkan jumlah bar yang dipotong sama dengan 2xB.
L – B   : ........ p
2 x B   : ........ b
Keterangan :
B         : Jumlah mata sisi terpendek
L          : Jumlah mata sisi terpanjang
P          : Jumlah pemotongan p
B         : Jumlah pemotongan b
contoh penerapan :
Diketahui Selembar jaring berukuran, panjang = 100 mata dan lebar = 50 mata. Jaring akan diambil 60 mata pada sisi yang satu dan 30 mata pada sisi yang lain. Bagaimana pola pemotongan yang tepat ?
Penyelesaian :
P = L – B = 6030 = 30
b = 2B = 2 x 30 = 60
P : b = 30 : 60 = 1 : 2 pemotongan
Sehingga pola pemotongannya adalah 1p2b

c.   Pemotongan kombinasi

Pemotongan kombinasi adalah perpaduan antara bagian potongan jaring yang dapat digunakan untuk proses penyambungan jaring dalam sebuah alat tangkap. Pemotongan kombinasi dapat digambar seperti di bawah ini :
Keterangan : D = Jumlah mata jaring yang akan dikurangi

                     H  = Tinggi (dalam mata jaring)

Nilai pemotongannya adalah sebagai berikut :

Nilai bar
Nilai point (N)
Nilai mesh (T)
Berkurangnya mata D
0,5
0
1
Tinggi dalam mata H
0,5
1
0
Sumber : Prado, 1991

Pemotongan jaring kombinasi dapat dihitung dengan formulasi yang dicontohkan pada potongan kombinasi 1N1B dan 1T2B sebagai berikut :
·     Apabila ingin memotong jaring dari arah tinggi :
1N1B   = [(1 x 1) + (1 x 0,5)]
            = 1 + 0,5
            = 1,5
            Maka akan mengurangi jaring dari arah lebar.
1N1B   = [(1 x 0) + (1 x 0,5)]
                   = 0 + 0,5
            = 0,5
·     Apabila ingin memotong jaring dari arah lebar :
1T2B  = [(1 x 1) + (2 x 0,5)
   = 1 + 1
   = 2
Maka akan mengurangi jaring dari arah tinggi :
1T2B  = [(1 x 0) + (2 x 0,5)
   = 0 + 1
   = 1

Berdasarkan perhitungan di atas menyatakan bahwa apabila sebuah jaring dipotong sebesar 1,5 maka mata jaring yang terpotong adalah sebesar 0,5 begitu juga seterusnya pada kelipatan pola potong tersebut. Pada kombinasi meshbar (1T2B), apabila sebuah jaring dipotong 2 mata maka jaring yang terpotong adalah sebanyak 1 mata jaring.
Dengan demikian, geometri jaring yang dibentuk berdasarkan pola pemotongan jaring akan membentuk desain alat tangkap. Pola pemotongan jaring yang tepat akan memberikan efesiensi bahan yang digunakan, waktu yang dibutuhkan, dan biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan alat tangkap.

 KESIMPULAN
Berdasarkan pola pemotongan jaring akan membentuk geometri jaring sesuai desain jaring yang diinginkan. Desain alat tangkap dengan pola pemotongan jaring yang tepat akan memberikan efisiensi bahan yang digunakan, waktu yang dibutuhkan dan biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan alat tangkap.


DAFTAR PUSTAKA

http://ikanlaut.tripod.com/netting_geometry.pdf. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017.
http://wikipedia.com. Diakses pada tanggal 5 Desember 2017.
https://www.academia.edu/17518947/Perlakuan pada bahan mata kuliah bahan dan rancang bangun alat penangkapan ikan. Diakses pada tanggal 5 November 2017.
Prado, J, P.Y, Dremiere. 1991. Termejahan Buku Praktis bagi Nelayan. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan : Semarang.

Sapriyun. 2016. https://www.scribd.com/document/327149218/Pengenalan-Alat-Tangkap-Sapriyun-S-ST-Pi. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERAN DISTRIK NAVIGASI DALAM KESELAMATAN PELAYARAN

A.   PENDAHULUAN Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia, yang memiliki 17.504 pulau yang membentang dari Sabang sampai Meraoke...